FORM-03 B. Instrumen Penilaian Secara Lisan
NO. KUK Pertanyaan Indikator Ketercapaian Jawaban Asesi
1.1 Fungsi utama ginjal: - ekresi - non-ekresi/hormonal

Ekresi:

  • Mempertahankan osmolaritas plasma
  • Mempertahankan keseimbangan elektrolit dan asam basa (pH)
  • Mengekresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein: urem, asam urat, kreatinin

Non Ekresi:

  • Menghasilkan hormon: erytopoetin, renin, Kalsitriol, degradasi insulin, prostaglandin
2.1 Definisi GGK Sindrom gagal ginjal kronik (GGK) merupakan permasalahan bidang nefrologi dengan angka kejadiannya masih cukup tinggi, etiologi luas dan komplek, sering tanpa keluhan maupun gejala klinik kecuali sudah masuk ke stadium terminal atau gagal ginjal terminal. Adapun yang menjadi definisi konseptual Penyakit Ginjal Kronik (PGK) Sesuai rekomendasi Dialysis Outcomes Quality Initiative (DOQI) Tahun 2002 yaitu: Kerusakan ginjal > 3 bulan
2.2 Pathogenesis gagal ginjal: kenapa pasien bisa mual, sesak, Hb menurun, gatal-gatal, oedema
  • Mual karena toksik uremikum langsung ataupun tidak langsung sebagai respon dari asidosis
  • Sesak sebagai kompensasi tubuh (respirasi) untuk mengurangi asidosis, biasa karena odema paru dan juga anemia
  • Hb menurun karena produksi erytopoetin yang terganggu
  • Gatal-gatal karena reaksi dari uremikum, posfor yang tinggi, atau respon inflamasi yang berlebihan sebagai respon terhadap proses HD, HD tidak adekuat
  • Oedema karena overhidrasi
2.3 Tahapan GGK

Tahapan Penyakit Ginjal Kronis (GGK)

Tahap 1
Kerusakan ginjal disertai Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) normal atau bahkan meninggi. Nilai LFG pada tahap ini adalah ≥ 90 mL/menit/1.73 m².
Tahap 2
Kerusakan ginjal disertai dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan. Nilai LFG pada tahap ini berada di antara 60 – 89 mL/menit/1.73 m².
Tahap 3
Penurunan fungsi ginjal yang moderat (sedang). Nilai LFG pada tahap ini berada di antara 30 – 59 mL/menit/1.73 m².
Tahap 4
Penurunan fungsi ginjal yang berat. Nilai LFG pada tahap ini berada di antara 15 – 29 mL/menit/1.73 m².
Tahap 5
Gagal ginjal. Pada tahap ini, nilai LFG sudah di bawah 15 mL/menit/1.73 m² atau pasien sudah menjalani terapi cuci darah (dialisis).
2.4 Jenis TGP TGP terdiri dari:
  • Buatan: HD, CAPD
  • Alamiah: Transplantasi
3.1 Pengertian dan jenis Solut dan solvent Pengertian dan jenis Solut dan solvent: solut zat terlarut (elektrolit, ureum, albumin dll), solvent zat pelarut atau air
3.2 Prinsip Dasar HD: difusi, Ultrafiltrasi, Konveksi Prinsip Dasar HD:
  • Difusi adalah perpindahan solut dari konsentrasi tinggi ke rendah
  • Ultrafiltrasi perpindahan solvent dari tekanan tinggi ke rendah
  • Konveksi proses perpindahan yang terjadi karena ultrafiltrasi dan difusi, dengan kata lain ada zat lain yang ikut berpindah ketika proses difusi dan UF, misal Na ikut pindah karena terbawa air
4.1 Yang harus diperhatikan dalam Memilih dialiser Ukuran luas permukaan membrane, Ukuran pori-pori, Ketebalan, Diameter internal kapiler, Disain, Harga, Kuf, klirens
4.2 Kuf dialiser Kuf: koefisien ultrafiltrasi
  • Kemampuan membran melewatkan air
  • Satuan: ml/mm Hg/jam
  • Contoh: Kuf: 12 ml/mmHg/jam berarti dapat melewatkan air 12 ml setiap jam untuk setiap 1 mmHg perbedaan tekanan (TMP)
  • Bila TMP 100 berarti 12 x 100 = 1200 ml/jam
  • Pada mesin HD volumetrik, maka kita tetapkan target ultrafiltrasi (UF goal) maka mesin yang akan mengatur TMP nya
4.3 Klirens dialiser Klirens dialiser
  • Clearance /Klirens: kemampuan membran untuk membersihkan darah dari suatu solut
  • Tergantung dari Qb
  • Satuan: ml/menit
  • Klirens tergantung: Kuf, kecepatan aliran darah masuk ke dializer, luas permukaan
  • Contoh: Klirens kreatinin: kemampuan dializer membersihkan kreatinin
  • Klirens ureum, vitamin B12, beta2 mikroglobulin
5.1 Kategori pasien yang harus dilakukan dialisis khusus Pasien dengan hemodinamik tidak stabil, pasien dengan kebutuhan khusus
5.2 HDF HDF: suatu RRT ekstrakorporeal dengan prinsip kombinasi difusi dan konveksi untuk meningkatkan pembuangan difusi dan konveksi untuk meningkatkan pembuangan solut dengan berat molekul beragam. Ultrafiltrasi akan berlebih sehingga diperlukan cairan substitusi untuk mempertahankan target balans cairan. Membran yang dipakai: permeabilitas tinggi

Indikasi: Pasien PGK yang tidak stabil, Penyakit kardiovaskular berat, Hipotensi kronik, Diabetes, Usia tua, Pasien dengan kenaikan BB interdialitik yang tidak terkontrol, Pasien PGK dengan kebutuhan dosis dialisis yang tinggi dan mencakup pengeluaran toksin dengan semua jenis BM, Pasien Gangguan Ginjal Akut yang kritis

5.3 HFR HFR: terapi pengganti ginjal yang menggunakan konveksi, difusi dan adsorpsi DENGAN menggunakan dua filter.
  • filter polyethersulfone (DiapesTM) high flux untuk proses konveksi dan filter
  • polyethersulfone (Diapes) low flux untuk proses difusi. Setelah proses konveksi cairan UF akan melalui sorbent resin cartridge

Indikasi HFR: malnutrisi, inflamasi kronik, arteriosklerosis, keadaan umum yang memburuk

5.4 SLED Suatu modifikasi HD biasa yang dilakukan dengan meningkatkan TD, menurunkan QB dan QD Profiling untuk mempertahankan hemodinamik pasien
6.1 Indikasi & kontraindikasi CAPD

Absolut:

  • Kesulitan teknik operasi
  • Luka yang luas di dinding abdomen
  • Perlekatan yang luas dalam rongga peritoneum (akibat operasi daerah abdomen, riwayat inflamasi sebelumnya)
  • Tumor atau infeksi di dalam rongga abdomen (adneksitis)
  • Riwayat ruptur divertikel, hernia berulang yang tidak dapat dikoreksi
  • Fistel antara peritoneum dengan rongga pleura
  • Tidak dapat melakukan CAPD secara mandiri dan tidak ada yang membantu

Relatif:

  • Obesitas tanpa residual renal function
  • Gangguan jiwa
  • Gangguan penglihatan
  • Hernia
  • Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
  • Inflamasi kronik saluran cerna
7.1 Distribusi cairan tubuh

Total cairan tubuh manusia terdiri dari 60% berat badan. Cairan tubuh ini kemudian dibagi oleh membran sel menjadi dua kompartemen utama:

1. Cairan Intraseluler (CIS): Merupakan cairan yang berada di dalam sel-sel tubuh. Kompartemen ini adalah yang terbesar, mencakup 40% dari total berat badan.

2. Cairan Ekstraseluler (CES): Merupakan cairan yang berada di luar sel-sel tubuh, mencakup 20% dari total berat badan. Cairan ekstraseluler ini dibagi lagi menjadi:

a. Cairan Interstisial: Cairan yang mengisi ruang-ruang di antara sel-sel jaringan, mencakup 15% dari total berat badan.

b. Plasma Darah: Cairan yang merupakan bagian cair dari darah, mencakup 5% dari total berat badan.

7.2 Berat Badan kering/BBK BBK adalah
  • Berat badan tanpa kelebihan cairan
  • Tanpa oedema paru
  • Tanpa oedema di ekstrimitas
  • Tekanan darah stabil post dialisis tanpa obat anti hipertensi
  • Hipotensi bukan berarti telah mencapai berat kering
  • Kesesuaian antara data SUBYEKTIF dengan OBYEKTIF dari pasien
7.3 Ideal BBK Ideal BBK
  • Waktu pemulihan post dialisis yang pendek
  • Kurangnya kejadian hipotensi intradialisis
  • Memperpanjang lama hidup pasien
  • Menurunkan resiko kardiovaskular dan serbrovaskular serta rawat inap
  • Menurunkan resiko hipovolemia dan trombosis akses (karena hipovolemia)
  • Resiko jatuh post dialisis menurun
  • Seharusnya sudah dapat ditentukan setelah pasien HD 6-8 kali
7.4 Ideal kenaikan BB interdialitik dan perhitungannya
  • DWG yang dapat ditoleransi oleh tubuh adalah tidak lebih dari 1,0-1,5 kg (Lewis et al., 1998) atau tidak lebih dari 3% dari berat kering (Fisher, 2006)
  • Cairan dibatasi, yaitu dengan menjumlahkan urin/24jam ditambah 500-750 ml (Almatsier, 2004)
  • Kenaikan interdialitik tidak lebih dari 3-5 BBK
8 Program pencegahan infeksi bagi pasien HD
  • Pemisahan mesin untuk pasien HbSAg +, Hepatitis C dan HIV di layanai dengan mesin seperti biasa tanpa mesin khusus (terkecuali ada etika dan kebijakan dari institusi)
  • Pasien Air Bone di tempatkan di ruang khusus
  • Pemeriksaan HbSAg sesuai konsensus pernefri (6 bulan sekali)
  • Pencegahan infeksi lain dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan dilakukan dengan prinsip-prinsip PPI
9 Alarm pada mesin dialisis: emergency dan non emergency alarm

Emergency:

  • Menyebabkan clamping (mesin berhenti): memerlukan tindakan segera, jenis alarm: arteri/venus pressure, blood leak, air detector, alarm lain yang kadang disesuaikan dengan jenis mesin

Non-Emergency:

  • Conductivity, heparin, dll
10 Batasan Hipotensi, penyebab dan penanganan / pencegahan

Batasan:

  • Episode hipotensi intradialitik ditentukan berdasarkan penurunan tekanan darah sistolik menjadi < 90 mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau lebih yang disertai gejala klinis (mual muntah, keringat dingin, pusing, penurunan kesadaran, takikardi) atau penurunan mean arterial pressure (MAP) 10 mmHg atau lebih dari nilai MAP sebelum HD, yang disertai gejala klinis Disertai manifestasi klinik

Penyebab:

  • Berhubungan dengan ketidak-seimbangan antara cardiac output (disebabkan penurunan volume plasma) dan gangguan untuk meningkatkan peripheral vascular resistance (PVR)
  • Kunci utama permasalahan karena kontraksi berlebihan volume plasma akibat ultrafiltrasi melebihi refilling rate dari kompartemen ekstravaskular ke kompartemen intravascular

Pencegahan:

  • Gunakan mesin hemodialisis yang dapat mengendalikan ultrafiltrasi
  • Interdialytic gain kurang dari satu kg per hari
  • Gunakan dialiser dengan KUF sesuai dengan BBK
  • Konsentrasi Na dalam konsentrat >140 mmol
  • Obat antihipertensi tidak boleh digunakan sebelum hemodialisis
  • Bila digunakan dialiser KUF dan QB tinggi harus digunakan bicarbonat buffered dialyate
  • Hindari makan banyak mengandung protein dan gula selama hemodialisis
11 Tahapan Re-Use Dan cairan kimia yang digunakan (%) Rinsing (pre-cleaning) -- Cleaning (renalin/parasetic acid 3%) -- Test -- Sterilisasi renalin/parasetic acid 3,5%) -- Perendaman konector, tutup serta pembersihan permukaan luar dilakukan dengan menggunakan renalin/parasetic acid 1%

Tanda Tangan Asesi:

Tanggal:

Tanda Tangan Asesor:

Tanggal: